SYNDOM DOWN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mandiri
Mata Kuliah : Genetika
Dosen : Yuyun Maryuningsih, S.Si.M.Pd
Disusun oleh :
FITRIYANA
1410160014
IPA BIOLOGI A/V
JURUASN
IPA-BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI
CIREBON
2012
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................... .ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... .1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................. 2
A. Pengertian Down Syndrom............................................................................... 2
B. Penyebab Down Syndrom................................................................................. 3
C. Pencegahan Down Syndrom............................................................................. 4D. Terapi Gen (Harapan untuk Menyembuhkan Down Syndrom)......................... 6E. Jenis-Jenis Terapi yang Di butuhkan Penderita Down Syndrom....................... 8
BAB
III PENUTUP................................................................................................... 10
A. Kesimpulan....................................................................................................... 10
DAFTAR
PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas individu mata kuliah Genetika “Syndom
Down”. Tak lupa shalawat serta salam penulis curahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW. Semoga dengan makalah ini khususnya yang menulis dan
membacanya mendapatkan syafaat dari beliau di akhir zaman.
Selama penyusunan makalah ini penulis
mendapatkan bantuan, dukungan serta bimbingan dari pihak lain. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih.
Dengan segala keterbatasan, penulis berharap
tugas ini bermanfaat bagi penulis khususnya serta para pembaca pada umumnya.
Cirebon, November 2012
Penulis
BAB I
PEDAHULUAN
Tumbuh kembang
merupakan proses yang terus berlanjut yang terjadi sejak kehamilan dan terus
berlangsung sampai dewasa. Agar pertumbuhan dapat terjadi secara optimal perlu
perhatian khusus oleh orangtua terhadap calon bayi. Masa kehamilan merupakan
hal yang terpenting dalam menentukan anak yang akan lahir sehat atau tidak, hal
tersebut dapat diketahui dari gizi yang dikonsumsi oleh sang ibu.
Perhatian yang lebih
selama proses kehamilan seperti konsumsi gizi yang cukup, juga tidak menutup
kemungkinan anak akan terlahir cacat, baik itu cacat fisik maupun mental sepeti
sindrom down hal itu disebabkan oleh faktor genetik, terjadinya sindrom down
ditandai dengan berlebihnya jumlah kromoson nomor 21 yang seharusnya dua buah menjadi
tiga sehingga jumlah seluruh kromosom mencapai 47 buah.
Pada manusia normal
jumlah kromosom sel mengandung 23 pasangan kromosom. Prevalensi kelahiran anak
SD (Sindrom Down) cukup tinggi sekitar 1:700 kelahiran. Prevalensi ini akan
meningkat sesuai dengan umur kehamilan ibu, resiko terjadinya kelainan kromosom
pada anak 4 kali lebih besar pada ibu di atas 35 tahun, meskipun demikian 80%
dari penyandang SD (Sindrom Down) masih berusia muda.
Rumsan
masalah dalam makalah ini diantaranya adalah :
1. Megetahui Apa itu Down Syndrom ?
2. Megetahui Penyebab Down Syndrom ?
3. Megetahui Ciri-ciri Down Syndrom ?
4. Megetahui Terapi
Gen (Harapan untuk Menyembuhkan Down Syndrom) ?
5. Megetahui Jenis-Jenis Terapi yang Di butuhkan Penderita Down
Syndrom ?
BAB II
SINDROM DOWN (DOWN
SYNDROM)
A.
Pengertian Down Syndrom

Down syndrome adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan
fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan
kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk
saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Down syndrome merupakan
kelainan kromosom yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis
yang cukup khas.
Menurut Dr. John
Longdon Down, kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik
dan mental anak ini pertama kali dikenal pada tahun 1866. Karena ciri-ciri yang
tampak aneh seperti tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai
orang Mongolia maka sering juga
dikenal dengan Mongoloid. Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari
kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama kali
syndrome ini dengan istilah “Down
Syndrome” dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah itu.
B.
Ciri-ciri Down Syndrom
Menurut kamus psikologi,
Down Syndrom merupakan satu kerusakan atau cacat fisik bawaan yang
disertai keterbelakangan mental, lidahnya tebal dan retak-retak atau terbelah,
wajahnya datar ceper, dan matanya miring. Sedangkan menurut penelitian, down syndrome menimpa satu
di antara 700 kelahiran hidup atau 1 diantara 800-1000 kelahiran bayi.
Diperkirakan saat ini terdapat empat juta penderita down syndrome di seluruh
dunia, dan 300 ribu kasusnya terjadi di Indonesia.
Down Syndrom terjadi hampir merata pada laki-laki dan
wanita. Penderita Down Syndrom memiliki ciri yang khas, diantaranya yaitu:
1.
Abnormalitas pada tengkorak
2. Abnormalitas
pada muka
3. Tubuh pendek
4. Dagu atau mulut
kecil
5. Leher pendek
6. Kaki dan tangan
terkadang bengkok
7. Mulut selalu
terbuka
8. Ujung lidah
besar
9. Hidung lebar
dan rata
|
11. Jarak antara kedua mata lebar
12. Kelopak mata mempunyai lipatan
epikantus
C. Penyebab Down Syndrom
Down syndrome terjadi karena kelainan susunan
kromosom ke-21, dari 23 kromosom manusia. Pada manusia normal, 23 kromosom
tersebut berpasang-pasangan hingga jumlahnya menjadi 46. Pada penderita down
syndrome, kromosom nomor 21 tersebut berjumlah tiga (trisomi), sehingga
totalnya menjadi 47 kromosom. Jumlah yang berlebihan tersebut mengakibatkan
kegoncangan pada sistem metabolisme sel, yang akhirnya memunculkan down
syndrome. Hingga saat ini, diketahui
adanya hubungan antara usia sang ibu ketika mengandung dengan kondisi bayi,
yaitu semakin tua usia ibu, maka semakin tinggi pula risiko melahirkan anak
dengan down syndrome (Monks, Knoers, Haditono, 50-1).
Kromosom merupakan serat-serat khusus yang terdapat
didalam setiap sel didalam badan manusia dimana terdapat bahan-bagan genetik
yang menentukan sifat-sifat seseorang. Selain itu down syndrom disebabkan oleh
hasil daripada penyimpangan kromosom semasa konsepsi. Ciri utama daripada
bentuk ini adalah dari segi struktur muka dan satu atau ketidak mampuan fisik
dan juga waktu hidup yang singkat. Sebagai perbandingan, bayi normal
dilahirkan dengan jumlah 46 kromosom (23 pasang) yaitu hanya sepasang kromosom
21 (2 kromosom 21). Sedangkan bayi dengan penyakit down syndrom terjadi
disebabkan oleh kelebihan kromosom 21 dimana 3 kromosom 21 menjadikan jumlah
kesemua kromosom ialah 47 kromosom.
Lahirnya anak yang menderita Syndrom Down itu
berhubungan erat dengan umur ibu. Tidak ada korelasinya yang konsisten dengan
umur ayah. Kemungkinan karena oosit mengalami waktu istirahat (profase 1)
yang sangat panjang yaitu sejak pemebentukan (meosis) oosit hingga sampai
ovulasi, dengan demikian membutuhkan waktu istirahat kira-kira 12-45 tahun,
selama waktu yang panjang itu oosit mengalami nondisjunction. Biasanya kalainan
ini terjadi pada anak terkhir dari suatu keluarga besar, karena faktor seorang
ibu yang melahirkan pada usia lanjut.
Ada beberapa pendapat mengapa terjadi nondisjunction,
mungkin adanya virus akibat radiasi, mungkin adanya pengandungan antobody
tiroid yang tinggi, mungkin karena lama sel telur tidak dibuahi di tuba
fallopii.
|
Gambar diatas menjelaskan bahwa: a. Kromosom homolog
dapat gagal berpisah selama anafase I. b. Kromatid gagal berpisah selama
anafase meiosis II. Kedua tipe kesalahan meiotik tersebut akan menghasilkan
gamet dengan jumlah kromosom yang tidak normal, karena seharusnya pada meiosis
1 membawa 1 pasang kromosom, tetapi ini malah membawa 2 pasang kromosom,
sehingga pada meiosis 2 terjadi pembelahan ganda, akhirnya menjadi trisomi pada
kromosom 21, dan salah satu faktornya adalah usia.
Down Syndrom juga disebabkan oleh kurangnya zat-zat tertentu
yang menunjang perkembangan sel syaraf pada saat bayi masih di dalam kandungan,
seperti kurangnya zat iodium. Menurut data badan UNICEF, Indonesia diperkirakan
kehilangan 140 juta poin Intelligence Quotient (IQ) setiap tahun akibat
kekurangan iodium. Faktor yang sama juga telah mengakibatkan 10 hingga 20 kasus
keterbelakangan mental setiap tahunnya (Aryanto, dalam Koran Tempo Online).
Mutasi gen ini memiliki kemungkinan paling besar terjadi pada kelahiran dimana
usia ibu antara 40 sampai 50 tahun. Persentasenya sekitar 1,5 per 1000
kelahiran.
D. Terapi Gen (Harapan untuk Menyembuhkan Down Syndrom)
Down
Syndom dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis
bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu
hamil yang pernah mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di
atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena
mereka memiliki risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi.
Sindrom down tidak bisa dicegah, karena Down Syndrom merupakan kelainan yang
disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom. Jumlah kromosm 21 yang harusnya cuma
2 menjadi 3. Penyebabnya masih tidak diketahui pasti, yang dapat disimpulkan
sampai saat ini adalah makin tua usia ibu makin tinggi risiko untuk terjadinya
Down Sydrom. Diagnosis dalam kandungan bisa dilakukan, diagnosis pasti dengan
analisis kromosom dengan cara
Untuk mendeteksi adanya kelainan pada kromosom, ada beberapa
pemeriksaan yang dapat membantu mendiagnosa kelainan kromosm, antara lain:
·
Pemeriksaan fisik penderita
·
Chorionic Villus Sampling (CVS)
Chorionic Villus Sampling (CVS)
Dalam prosedur ini, bukan cairan ketuban yang diambil,
jumlah kecil jaringan diambil dari plasenta muda (juga disebut lapisan
chorionic). Sel-sel ini berisi kromosom janin yang dapat diuji untuk sindrom
Down. Sel dapat dikumpulkan dengan cara yang sama seperti amniosentesis, tetapi
metode lain untuk memasukkan sebuah tabung ke dalam rahim melalui vagina.
·
Pemeriksaan kromosom
·
Ekokardiogram (ECG)
·
Ultrasonografi (USG)
Kegunaan utama USG (juga disebut sonografi) adalah untuk
mengkonfirmasi usia kehamilan janin (dengan cara yang lebih akurat daripada
yang berasal dari ibu siklus haid terakhir). Manfaat lain dari USG juga dapat
mengambil masalah-masalah alam medis serius, seperti penyumbatan usus kecil
atau cacat jantung. Mengetahui ada cacat ini sedini mungkin akan bermanfaat
bagi perawatan anak setelah lahir.
·
Pemeriksaan darah (Percutaneus Umbilical
Blood Sampling)
·
Amniosentesis
Prosedur ini digunakan untuk
mengambil cairan ketuban, cairan yang ada di rahim. Ini dilakukan di tempat
praktek dokter atau di rumah sakit. Sebuah jarum dimasukkan melalui dinding
perut ibu ke dalam rahim, menggunakan USG untuk memandu jarum. Sekitar satu
cairan diambil untuk pengujian. Cairan ini mengandung sel-sel janin yang dapat
diperiksa untuk tes kromosom. Dibutuhkan sekitar 2 minggu untuk menentukan apakah
janin sindrom Down atau tidak. Amniosentesis tidak dianjurkan sebelum minggu
ke-14 kehamilan karena risiko komplikasi lebih tinggi dan kehilangan kehamilan.
E.
Jenis-Jenis Terapi yang Di butuhkan
Penderita Down Syndrome
Pengobatan
pada penderita down syndom belum ditemukan, karena cacatnya pada sel benih yang
dibawa dari dalam kandungan. Untuk membantu mempercepat kemajuan pertumbuhan
dan perkembangan anak, penderita ini bisa dilatih dan dididik menjadi manusia
yang mandiri untuk bisa melakukan semua keperluan pribadinya sehari-hari
seperti berpakaian dan buang air, walaupun kemajuannya lebih lambat dari anak
biasa, dengan terapi khusus, diantaranya yaitu:
1) Terapi wicara
Suatu terapi yang di pelukan untuk anak DS atau anak bermasalah dengan keterlambatan bicara, dengan deteksi dini di perlukan untuk mengetahui seawal mungkin menemukan gangguan kemampuan berkomunikasi, sebagai dasar untuk memberikan pelayanan terapi wicara.
Suatu terapi yang di pelukan untuk anak DS atau anak bermasalah dengan keterlambatan bicara, dengan deteksi dini di perlukan untuk mengetahui seawal mungkin menemukan gangguan kemampuan berkomunikasi, sebagai dasar untuk memberikan pelayanan terapi wicara.
2) Terapi Okupasi
Terapi ini di berikan untuk dasar anak dalam hal kemandirian, kognitif/pemahaman, dan kemampuan sensorik dan motoriknya. Kemandirian diberikan kerena pada dasarnya anak “bermasalah” tergantung pada orang lain atau bahkan terlalu acuh sehingga beraktifitas tanpa komunikasi dan memperdulikan orang lain. Terapi ini membantu anak mengembangkan kekuatan dan koordinasi, dengan atau tanpa menggunakan alat.
Terapi ini di berikan untuk dasar anak dalam hal kemandirian, kognitif/pemahaman, dan kemampuan sensorik dan motoriknya. Kemandirian diberikan kerena pada dasarnya anak “bermasalah” tergantung pada orang lain atau bahkan terlalu acuh sehingga beraktifitas tanpa komunikasi dan memperdulikan orang lain. Terapi ini membantu anak mengembangkan kekuatan dan koordinasi, dengan atau tanpa menggunakan alat.
3) Terapi Remedial
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan akademis skill, jadi bahan bahan dari sekolah bias dijadikan acuan program.
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan akademis skill, jadi bahan bahan dari sekolah bias dijadikan acuan program.
4) Terapi Kognitif
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan kognitif dan perceptual, misal anak yang tidak bisa berkonsentrasi, anak yang mengalami gangguan pemahaman, dll.
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan kognitif dan perceptual, misal anak yang tidak bisa berkonsentrasi, anak yang mengalami gangguan pemahaman, dll.
5) Terapi Sensori Integrasi
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan pengintegrasian sensori, misalnya sensori visual, sensori aktil, sensori pendengaran, sensori keseimbangan, pengintegrasian antara otak kanan dan otak kiri, dll.
ruangan terapi sendori integrasi :
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan pengintegrasian sensori, misalnya sensori visual, sensori aktil, sensori pendengaran, sensori keseimbangan, pengintegrasian antara otak kanan dan otak kiri, dll.
ruangan terapi sendori integrasi :
6) Terapi Snoefzelen
Snoezelen adalah suatu aktifitas terapi yang dilakukan untuk mempengaruhi CNS melalui pemberian stimulasi pada system sensori primer seperti visual, auditori, taktil. Taste, dan smell serta system sensori internal seperti vestibular dan proprioceptif dengan tujuan untuk mencapai relaksasi dan atau aktifiti.
Snoezelen adalah suatu aktifitas terapi yang dilakukan untuk mempengaruhi CNS melalui pemberian stimulasi pada system sensori primer seperti visual, auditori, taktil. Taste, dan smell serta system sensori internal seperti vestibular dan proprioceptif dengan tujuan untuk mencapai relaksasi dan atau aktifiti.
Semua
terapi ini dilaksanakan sesuai dengan rekomendasi dari tim dokter yang telah
memeriksa anak yang mengalami gangguan.
Dengan melatih anak down syndrome, diharapkan mereka memiliki skill yang
makin lama makin berkembang dan mereka diharapkan dapat mengurus dirinya
sendiri dengan aktivitas-aktivitas yang sederhana.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Down Syndrom adalah suatu kondisi
keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya
abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan
sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Pada
penderita down syndrom, kromosom nomor 21 tersebut berjumlah tiga (trisomi),
sehingga totalnya menjadi 47 kromosom. Down Syndrom merupakan satu kerusakan atau cacat fisik bawaan yang
disertai keterbelakangan mental, lidahnya tebal dan retak-retak atau terbelah, wajahnya
datar ceper, dan matanya miring, abnormalitas pada muka, tubuh pendek,
dagu atau mulut kecil, leher pendek, kaki dan tangan terkadang bengkok, dan kelopak
mata mempunyai lipatan epikantus. Down
Syndom dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis
bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan, dianataranya
yaitu Pemeriksaan fisik penderita, Chorionic
Villus Sampling (CVS) Chorionic Villus Sampling (CVS), pemeriksaan
kromosom Ekokardiogram (ECG), Ultrasonografi (USG),
Pemeriksaan darah (Percutaneus Umbilical Blood Sampling), dan Amniosentesis. Untuk membantu mempercepat kemajuan pertumbuhan
dan perkembangan anak, penderita ini bisa dilatih dan dididik menjadi manusia
yang mandiri untuk bisa melakukan semua keperluan pribadinya sehari-hari
seperti berpakaian dan buang air, walaupun kemajuannya lebih lambat dari anak
biasa, dengan terapi khusus, diantaranya yaitu terapi
wicara,
terapi okupasi, terapi remedial, terapi kognitif, terapi sensori integrasi, dan terapi
snoefzelen.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2010). Down Syndrome. http://id.wikipedia.org/wiki/Sindrom_Down
(Diakses tanggal 22 Oktober 2012)
Anonim. 2012.
Gangguan Genetik Sindrom Down. http://gayasehatmu.blogspot.com/2012/06/gangguan-genetik-sindrom-down.html
Anonim.
2012. Down Sindrom. http://www.fk.unair.ac.id/ attachments/532_ Karya%20Ilmiah%20-%20DownSyn_TrpGen.pdf
(Diakses tanggal 30 Oktober 2012)
Aryulina, Diah,
dkk. 2007. Biologi 3. Jakarta. ESIS
Cambell, Richee,
Mitchel. 2002. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Hery Susanto,
Agus. 2011. Genetika. Jakarta: Graha Ilmu
Isharmanto.
2012. biologigonz.blogspot.com/2012/01/aneusomi-manusia.html (Diakses tanggal
22 Okttober 2012)
Judarwanto,Widodo. 2010. Down Syndrome Deteksi Dini Pean dan Penatalaksanaan Sindrom Down. http://childrenclinic.wordpress. com/2010/10/24/down-syndrome-deteksi-dini-pencegahan-dan-penatalaksanaan-sindrom-down/
(Diakses tanggal 22 Okttober 2012)
Suryo. 2008. Genetika Strata 1. Jogjakarta: UGM
Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar